TARI KECAK
· Sejarah
Tari kecak merupakan tarian yang dicetuskan dan diciptakan oleh
seniman asal Bali yakni Wayan Limbak dan seorang sahabatnya dari Jerman. Pada
awal kemunculan nya jenis tari ini tercipta secara tidak sengaja yang diambil
dari sebuah tarian adat pemujaan yang dikenal dengan sebutan Shangyang,
Sanghyang adalah jenis tarian tradisional Bali yang dilakukan dalam upacara
religi seperti menolak bala serta mengusir suatu wabah penyakit.
Dari sebuah pementasan Sanghyang inilah kemudian Wayang Limbak bersama Walter Spies berinovasi menciptakan sebuah gerakan tari sebagai salah satu wujud kecintaan mereka terhadap budaya dan kesenian Bali, Salah satu jenis kesenian tari ini disajikan oleh para penari yang duduk melingkar serta mengucapkan kata “cak-cak-cak-cak” secara serentak, karena ini pula tarian ini diberi nama dengan sebutan “tari kecak”. Gerakan tangan yang disajikan dalam pertunjukan sebenarnya mengisahkan sebuah cerita Ramayana yakni pada peristiwa Dewi Shinta diculik oleh Rahwana. Hingga akhir pertunjukan biasanya tari ini menyajikan kisah pembebasan Dewi Sintha dari tangan Rahwana . Guna mendukung cerita yang disajikan maka dalam pertunjukan tari tradisional Bali juga harus terdapat beberapa tokoh yang memerankan peran utama sebagai Hanoman, Sugriwa, Dewi Shinta, Rhama, dan Rahwana.
Pada tahun 70-an Wayang Limbak bekerja keras guna mempromosikan dan mengenalkan “tari kecak” hingga ke mancanegara. Selain mengenalkan keunikan dalam pementasan tarian ini tentu saja daerah asal kesenian ini ikut melambung di dunia Internasional yang kemudian menarik para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Bali. Dalam perkembangannya pertunjukan tari yang juga menceritakan kisah pewayangan ini dimainkan oleh laki-laki yang berjumlah tak terbatas. Ada kalanya disajikan oleh puluhan orang namun dalam acara tertentu ada pula yang dipertunjukkan secara massal oleh ribuan penari
· Pengertian
Tari
kecak
adalah salah satu jenis kesenian tradisional dari Bali yang diciptakan pada
kisaran tahun 1930 oleh seorang penari sekaligus seniman dari Bali yakni Wayan
Limbak. Sebagai seorang seniman tentu saja Wayan Limbak sangat akrab dengan
para seniman lain, sebut saja Walter Spies yang merupakan seorang pelukis dari
negara Jerman merupakan salah satu teman akrab Wayan Limbak. Kedua sahabat
inilah yang menjadi pencetus “tari kecak” yang sangat terkenal
hingga saat ini, Tarian yang kerap dimainkan oleh laki-laki ini kini menjadi
salah satu icon kebudayaan Bali yang cukup mendapat sanjungan oleh para wisatawan
yang berkunjung ke Bali.
Meskipun
gerakan yang dilakukan oleh para penari tergolong sangat sederhana, namun
pembawaan para penari yang berjumlah cukup banyak mulai dari puluhan hingga
ribuan orang membuat gerakan yang dimainkan tergolong sangat unik dan menarik.
Pementasan dan pertunjukan tari tradisional dari bali ini dapat dengan mudah
kita saksikan di beberapa wilayah Bali seperti Uluwatu, Garuda Wisnu Kencana,
Ubud, dan Gianyar Bali.
Ekspresi para penari nan memukau membuat para penonton tercengang akan penampilan mereka. Di lain sisi musik pengiring hampir tidak ada, hanya suara dan lantunan kata-kata yang berbunyi “cak-cak-cak-cak” terdengar dalam mengiringi gerakan tarian. Jika kita dapat menyaksikan “tari kecak” dari awal hingga akhir, maka kita akan memahami mengenai alur cerita yang disajikan dari gerakan-gerakan pementasan oleh para penari. Antusias masyarakat Bali akan keberlangsungan dan kelestarian kesenian tradisional membuat banyak orang belajar dan tertarik untuk melakukan tarian yang diciptakan oleh Wayan Limbak ini. Tak heran jika hampir semua pemuda bali khususnya para laki-laki mampu melakukan gerakan tarian ini dengan cara duduk melingkar. Para penari mengenakan pakaian khas bercorak kotak-kotak hitam putih mirip dengan papan catur. Dari tahun 1970 “tari kecak” terus mengalami peningkatan, bahkan pemerintah daerah setempat menjadikan tari ini sebagai icon budaya masyarakat Bali.
Ekspresi para penari nan memukau membuat para penonton tercengang akan penampilan mereka. Di lain sisi musik pengiring hampir tidak ada, hanya suara dan lantunan kata-kata yang berbunyi “cak-cak-cak-cak” terdengar dalam mengiringi gerakan tarian. Jika kita dapat menyaksikan “tari kecak” dari awal hingga akhir, maka kita akan memahami mengenai alur cerita yang disajikan dari gerakan-gerakan pementasan oleh para penari. Antusias masyarakat Bali akan keberlangsungan dan kelestarian kesenian tradisional membuat banyak orang belajar dan tertarik untuk melakukan tarian yang diciptakan oleh Wayan Limbak ini. Tak heran jika hampir semua pemuda bali khususnya para laki-laki mampu melakukan gerakan tarian ini dengan cara duduk melingkar. Para penari mengenakan pakaian khas bercorak kotak-kotak hitam putih mirip dengan papan catur. Dari tahun 1970 “tari kecak” terus mengalami peningkatan, bahkan pemerintah daerah setempat menjadikan tari ini sebagai icon budaya masyarakat Bali.
· Alat musik
Hampir tidak ada alat musik
pengiring “tari kecak” kecuali suara gemerincing serta suara dari para
penari yang berbunyi “cak-cak-cak-cak”. Meskipun tidak ada alat musik khusus
sebagaimana tarian lain namun justru disini letak keunikan tari tersebut.
· Fungsi
Seperti telah tertuliskan di atas, “tari
kecak” merupakan tarian yang berasal dari kreasi upaca shangyang. Karena
upacara shangyang merupakan jenis kegiatan sakral dan hanya boleh dilakukan di
Pura maka Wayan Limbak berinovasi dari inspirasi gerakan shangyang menjadi
gerakan tari yang terkenal hingga ke mancanegara.
Adapun fungsi “tari kecak” dapat kita kelompokan secara garis besar sebagai berikut.Sebagai hiburan. Penciptaan gerakan tarian ini secara sadar dilakukan guna mempertunjukkan suatu kesenian khas bali pada masyarakat umum. Tarian ini bertujuan sebagai sarana hiburan baik bagi masyarakat setempat maupun bagi para wisatawan yang berdatangan ke Bali.
· Busana yang
digunakan
Dalam pertunjukannya penari
menggunakan kostum sesuai dengan lakon yang diperankannya. Kostum ini hampir
sama dengan Wayang Wong, namun dengan
gaya khas Bali. Sedangkan para pengiring biasanya hanya menggunakan celana
hitam dan kain bermotif kotak-kotak berwarna hitam putih. Selain itu beberapa
aksesoris seperti bunga yang diselipkan di salah satu telinga mereka.
·
Pelestarian
Dalam pertunjukannya penari
menggunakan kostum sesuai dengan lakon yang diperankannya. Kostum ini hampir
sama dengan Wayang Wong, namun dengan
gaya khas Bali. Sedangkan para pengiring biasanya hanya menggunakan celana
hitam dan kain bermotif kotak-kotak berwarna hitam putih. Selain itu beberapa
aksesoris seperti bunga yang diselipkan di salah satu telinga mereka.
Sumber
:online/23/01/2016/http://www.senitari.com